TANTRUM
Senario Anak
"Afiq menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai kerana inginkan permainan power ranger yang dia lihat di sebuah supermarket di Carrefour. Ibunya sudah berusaha memujuk Afiq dan mengatakan bahawa sudah banyak permainan di rumahnya. Namun Afiq masih berdegil dan terus-terusan menangis. Ibunya menjadi serba salah, malu dan tidak berdaya menghadapi kerenah anaknya. Ibunya tidak ingin membelikan permainan tersebut kerana masih ada permainan lain yang terdapat di rumahnya. Jika tidak dibelikan maka ia kuatir Afiq akan menjerit-jerit dan menangis berterusan, sehingga menarik perhatian semua orang dan orang akan menyangka dirinya adalah ibu yang kejam. Ibunya menjadi bingung, yang akhirnya mendorong siibu membeli permainan yang diinginkan Afiq."
Bijakkah tindakan si Ibu?
Apakah Tantrum ?
Senario diatas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai "Temper Tantrum" atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak sehingga tiada kawalan diri. Tantrum bermaksud kemarahan secara tiba-tiba.
Temper Tantrum seringkali muncul pada anak usia 15 bulan – 6 tahun. Tantrum biasanya terjadi pada anak yang hyper-aktif. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kanak-kanak tidak cukup tidur.
2) Makan dan proses pembuangan najis tidak teratur.
3) Kekok dengan situasi baru atau orang yang dia tidak kenali.
4) Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
5) Emosi tidak tenteram (sering negatif).
6) Mudah marah dan mudah menangis.
7) Sulit dialihkan perhatiannya.
Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Berikut adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, mengikut peringkat usia:
Dibawah Usia 3 tahun
·Menangis
·Menggigit
·Memukul
·Menendang
·Menjerit
·Memekik-mekik
·Menghempaskan badan ke lantai
·Memukul-mukulkan tangannya
·Menahan nafas
·Menghentakkan kepala
·Melemparkan barang
·Menyangkung
·Memeluk tubuhnya
Usia 3-4 tahun
·Perilaku tersebut diatas
·Menghentakkan kaki
·Berteriak
·Meninju
·Membantingkan pintu
·Mengkritik
·Merengek
Usia 5 tahun keatas
·Perilaku-perilaku tersebut diatas
·Memaki hamun orang lain @ ibubapanya
·Menyumpah
·Memukul kakak @ adik @ kawan-kawannya
·Mengkritik diri sendiri
·Memecahkan barang dengan sengaja
·Mengancam
·Merungut
·Trauma @ fobia keatas sesuatu yang menekan emosi anak.
FAKTOR PENYEBAB TANTRUM
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Tantrum. Diantaranya adalah seperti berikut:
1) Kehendak @ Keinginan Anak Di Halang
Setelah tidak berhasil meminta sesuatu yang tetap pada keinginannya, maka sianak mudah saja melepaskan emosi tantrumnya yang bertujuan mendesak ibubapanya agar memenuhi impiannya.
2) Ketidakmampuan anak mengungkapkan dengan perkataan
Kanak-kanak bawah usia 4 tahun memiliki keterbatasan bahasa. Amat sukar sekali untuk mereka menterjemahkan keinginan mereka dalam bentuk bahasa yang mudah untuk kita fahami. Oleh itu, kondisi mereka yang masih tidak betah telah menekan emosi mereka menjadi kecewa dan secara tidak langsung mewujudkan frustasi pada diri mereka dan disampaikan dengan sikap tantrum.
3) Pergerakan yang Terhad
Kanak-kanak yang hyper-aktif sudah biasa dengan pergerakan yang bebas tanpa kongkongan atau batasan. Sekiranya, ibubapa cuba mengawal pergerakan atau hadkan kelakuannya menjadi sopan dan bertertib, maka ini mewujudkan stress pada diri sianak. Untuk anak melepaskan stress, maka wujudnya tantrum. Sebagai contoh; anak hendak minum menggunakan gelas, ibu atau pengasuh tidak benarkan dan menggantikan dengan cawan plastik; sianak masih bertegas dengan keinginannya, maka telah wujud sifat amarah dalam dirinya dan untuk dia melepaskannya dia akan bersikap tantrum agar kehendaknya diperbolehkan.
4)Asuhan Ibubapa
1. Terlalu dimanjakan apabila semua keinginan dipenuhi dan tetiba ada keinginannya yang lain tidak diikutkan.
2. Asuhan yang tidak konsisten – tidak menerangkan yang mana baik dan yang mana buruk (tiada penjelasan diberikan). Apabila anak melakukan kesilapan dan secara tiba-tiba kita menegur dan menghukum, maka inilah komplikasi yang timbul dengan wujudnya tantrum.
3. Ibubapa bertelagah pendapat yang mana baik @ buruk untuk sianak.
5) Anak merasa penat, lapar atau dalam keadaan sakit.
6) Anak sedang stress
Samada anak penat dengan bebanan tugasan sekolah, dan lain-lain atau kerana merasa tidak aman (insecure).
7) Trauma @ Fobia
Anak disiksa atau pernah menyaksikan sesuatu yang ngeri atau diperkosa sejak kecil. Trauma yang melanda dirinya menjadikan emosinya tak tenteram. Kanak-kanak mengharapkan perlindungan yang aman. Apabila itu terjadi, dia beranggapan bahawa ibubapa tidak memberikan kasih sayang atau keamanan yang diharapkan. Maka dia akan tantrum untuk melepaskan tekanan yang melanda emosinya. Tantrum ini memakan masa untuk pulih dan akan terbawa sehingga dia dewasa.
BAGAIMANA UNTUK ATASI TANTRUM ANAK ?
Dalam buku "Tantrums Secret To Calming The Storm" oleh La Forge, majoriti berpendapat bahawa tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan sebahagian dari proses perkembangan atau tumbesaran kanak-kanak, suatu tempoh transformasi dalam perkembangan emosi, kognitif dan fizikal sianak. Sebagai bahagian dari proses perkembangan, episod tantrum pasti berakhir.
Beberapa hal positif yang biasa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahawa dengan tantrum anak ingin menunjukkan sikap independensinya, ekspresikan individualitasinya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustasi untuk menyampaikan maksud agar orang dewasa mengerti dengan sikap negatif mereka.
Namun bukan bermakna bahawa tantrum harus digalakkan dan disemangati (encourage). Jika ibubapa membiarkan Tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan apa yang dihajati setelah ia Tantrum, seperti ilustrasi di atas), maka bererti ibubapa sudah menyetujui dan memberi peluang pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (walhal sepatutnya ibubapa tidak harus menyetujui kehendak anak).
Ibubapa harus membantah dengan tegas dan memberi penjelasan secara logikal pada anak. Dengan bertindak tegas dalam menangkis Tantrum, ibubapa juga berkesempatan untuk mengajar atau mendidik anak tentang bagaimana caranya beraksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut. Inilah yang dikategorikan sebagai intelligent emotion yakni pamerkan emosi dengan kaedah yang positif.
Kaedah terbaik menangani tantrum anak;
·Mencegah terjadinya tantrum
·Menangani anak yang sedang mengalami tantrum
·Menangani anak pasca tantrum
Pencegahan
Tindakan susulan untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan sianak dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang hyper-aktif dan kalian berada didalam kereta terlalu lama perjalanannya, ini sebenarnya akan menimbulkan stress pada anak dan dia mula menunjukkan tantrum. Untuk elakkan sianak Tantrum, ibubapa perlu mengatur perjalanan dengan beristirehat di jalan atau di kedai makan untuk memberikan waktu bagi sianak berlari-lari di luar.
Tantrum juga dapat dikesan kerana stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus sianak laksanakan. Dalam hal ini, mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak kerana beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bukan sahaja terbatas pada tugas-tugas sekolah, tetapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingioleh ibubapa senantiasa, sehingga ketika ia mengalami kesulitan ibubapa dapat membantu dengan memberikan petunjuk.
Langkah kedua adalah teknik keibubapaan mengasuh anaknya.
Apakah anak terlalu dimanjakan?
Apakah ibubapa bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang?
Apakah kedua ibubapa selalu seia-sekata dalam mengasuh anak?
Apakah ibubapa menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?
Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktiviti yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan baran jika anak akan mudah tantrum jika kemahuannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat penting.
Jika tiada sepakat, ibubapa sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi antara satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Ibubapa hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa ibubapanya selalu sepakat dan rukun damai.
Ketika Tantrum Terjadi
Jika tantrum terjadi dan ibubapa tidak dapat mengawal situasi, maka beberapa langkah patut diambil;
Memastikan situasi sekeliling – Sekiranya sianak tantrum didepan orang awam, bawa anak ke satu sudut yang jauh dari penglihatan awam dan biarkan sianak melempiaskan emosinya disitu untuk seketika. Ketika sianak tantrum, jauhkan darinya benda-benda yang boleh dia capai (barang merbahaya) untuk elakkan dia dari tercedera atau orang lain.
Ibubapa harus bersabar (berkeadaan tenang) – Jaga emosi, mulut dan tangan. Jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.
Endahkan (ignore) ketika sianak tantrum – Ketika sianak tantrum, sebaiknya ibubapa jangan memujuk, bercakap, memberi nasihat, berargumen dan seumpamanya yang bertujuan mengambil hati sianak. Kerana ketika tantrum, perasaan amarah menguasai dirinya dan dia tidak akan mendengar kata-kata nasihat dari ibubapanya. Jalan terbaik ialah membiarkan sianak untuk seketika, biar dia lepaskan kemarahan itu. Tantrum akan cepat berakhir sekiranya ibubapa tidak campurtangan dengan memujuk atau paksaan atau kemarahan.
Jika sianak masih lagi tantrum – Ibubapa hendaklah memeluk sianak dengan dakapan kasih sayang. Akan tetapi ada ibubapa yang malu dengan kerenah anaknya yang sedang tantrum. Maka moleknya ibubapa hendaklah berada tidak jauh dari sianak dan bercakap dengan sianak yang menunjukkan anda sayang padanya. Dengan kaedah itu, sianak berasa aman dan tahu bahawa ibubapanya ada dan tidak menolak sikap negatifnya.
Ketika Sianak Kembali Tenang
Saat Tantrum sianak sudah reda, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi kerana menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, ibubapa akan dapat melihat konsistensi dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi ibubapanya.
Ingat, ibubapa hendaklah mendidik anak dengan mengajak anak mendengar (nasihat) kata kita bukan mendengar katanya. Jika sejak mula sudah terbiasa mengikut katanya, inilah kesan sampingan sika-sikap negatif yang akan terdapat pada diri sianak.
Berikanlah belaian kasih sayang dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai ibubapa Anda tetap mengasihinya.
Setelah Tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi (selidiki kembali) mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau ibubapa yang salah merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa frustrasi, lapar, atau sakit? Fikir secara positif dan ini perlu, agar ibubapa bisa mencegah Tantrum berikutnya.
Jika anak yang dianggap salah, ibubapa perlu berfikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi ibubapa dan anak.
Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika Tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat ibubapa dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.
Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau ibubapa memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan ibubapa. Kebiasaann yang kita dengar orang tua berkata, macam mana perangai ibubapanya maka itulah yang menurun ke anak Namun harus diakui bahwa ibubapalah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu/bapa muda yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan